Pertanyaan pertama ;
 Soal                 Bagaimana pendapat Ustad tentang barang sesuatu yang dijual dengan harga (misalnya) Rp.500, - (Lima ratus) kontan dan Rp.600, - (Enam ratus) kredit (nasi`ah), pembelinya memilih harga kredit (Rp.600,-) artinya lebih tinggi Rp.100,-(seratus) dari harga kontan.Apakah kelebihan tersebut (Rp.100,-) itu termasuk riba yang dimaksud oleh hadist “Setiap hutang-piutang yang menghasilkan keuntungan itu adalah riba” kemudian dihukuminya menjadi haram , bahkan jual-beli tersebut hukumnya (rusak) tidak sah?

Jawab              Jual beli tersebut hukumnya sah dan tidak termasuk arti ”riba” dalam hadist tersebut , asal masing-masing dilakukan dengan akad (transaksi) yang terpisah artinya dengan akad (transaksi) sendiri-sendiri.

Sebagaimana dalam kitab Fathul Mu`in bab “riba“;
ومن ربا الفضل ربا القرض وهو كل قرض جر نفعا للمقرض غير نحو رهن لكن لا يحرم عندنا الا إذا  اشترط فى عقده.( فتح المعين فى باب الربا )
Diantara riba al fadhl adalah riba al qardh, yakni semua pinjaman yang menarik manfaat kepada si orang yang memberi pinjaman (muqridh,),kecuali selain dalam bentuk gadai.
Menurut kami yang demikian itu tidak haram kecuali disyaratkan dalam akad (transaksi).

Artinya boleh bagi si Muqridh (orang yang ngasih pinjaman) memperoleh manfaat (kelebihan) yang diberikan oleh si peminjam (Muqtaridh) seperti pengembalian yang lebih baik ukuran atau sifatnya,dan yang terlebih bagus dari barang yang dipinjami asal jangan disyaratkan dalam akad (transaksi).

Dalam kitab fathul Mu`in hal.343 jilid 1dijelaskan ;
وجاز لمقرض نفع يصل له من مقترض كرد الزائد قدرا أو صفة والأجود في الرديء بلا شرط في العقد بل يسن ذلك لمقترض لقوله صلى الله عليه وسلم: "إن خياركم: أحسنكم قضاء" [البخاري رقم: 2305, مسلم رقم: 1601] , ولا يكره للمقرض أخذه كقبول هديته ولو في الربوي. (فتح المعين فى باب الربا ص 343 / 1 )
Dibolehkan bagi kreditur untuk memperoleh manfaat yang diberikan oleh debitur seperti pengembalian yang lebih ukurannya,sifatnya dan yang terlebih bagus dari barang yang dipinjami dengan tanpa syarat didalam akad. bahkan disunnahkan bagi si Muqtaridh (si peminjam) untuk seperti itu sesuai dengan sabda Rosul saw ; ”sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik dalam membayar hutangnya” Riwayat Bukhori dan Muslim. Dan tidak makruh bagi si Muqridh menerima hadiahnya.

ومعلوم أن محل الفساد حيث وقع الشرط فى صلب العقد فلا فساد.
( فتح المعين فى باب الربا ص 343 / 1 )

Dengan demikian dapat dimaklumi bahwa keharaman itu adalah sekiranya  disebutkan ketika dalam pelaksanaan akad ( transaksi ).

Dalam kitab (usul fiqih) Al Asybah wan Nazho`ir ;

] المبحث الثالث:العادة المطَّردة في ناحية هل تنزل منزلة الشرط ]
ومنها : لو جرت عادة المقترض برد أزيد مما اقترض، فهل ينزل منزلة الشرط، فيحرم إقراضه وجهان، أصحهما : لا.
( الأشباه والنظائر للسيوطى. ص 96)
[Pembahasan yang ketiga ; Adat kebiasaan yang berlaku disuatu daerah apakah fungsinya sama dengan syarat …] ada banyak pendapat, diantaranya ; Seandainya ada adat yang mengharuskan orang yang minjam mengembalikan yang lebih baik,apakah yang demikian itu sama dengan syarat sehingga hukum hutangnya haram? Ada dua pendapat, dan yang lebih shohih adalah tidak haram.


Pertanyaan kedua ;

Soal                             Bagaimana ustadz hukumnya menjual barang dengan dua macam harga yang berlainan antara cash dan kredit,antara berjangka pendek dan berjangka panjang?

Jawab                          Menjual barang dengan dua macam harga jika dilakukan dalam satu akad (transaksi),hukumnya tidak boleh /tidak sah. Tetapi jika dilakukan dengan akad Mustaqil (akad yang terpisah),hukumnya boleh /sah.

Contoh yang tidak boleh/tidak sah,yakni dua akad sekaligus ;

وَعَنْ بَيْعَتَيْنِ فِي بَيْعَةٍ رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ بِأَنْ أَيْ كَأَنْ يَقُولَ بِعْتُك بِأَلْفٍ نَقْدًا أَوْ أَلْفَيْنِ إلَى سَنَةٍ) فَخُذْ بِأَيِّهِمَا شِئْت أَنْتَ أَوْ أَنَا أَوْ شَاءَ فُلانٌ لِلْجَهَالَةِ بِخِلافِهِ بِأَلْفٍ نَقْدًا وَأَلْفَيْنِ لِسَنَةٍ وَبِخِلافِ نِصْفه بِأَلْفٍ وَنِصْفه بِأَلْفَيْنِ ) تحفة المحتاج بهامش الشرواني ص 294/ 4)
Tentang dua (model) penjualan sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanad shohih adalah seperti seorang penjual berkata ; Aku jual kepadamu seharga seribu kontan dan dua ribu dikredit  sampai setahun. Maka mana diantara pola tersebut yang anda sukai,dan aku atau yang disukai oleh si pulan, karena ketidaktahuan dengan perbedaan seribu kontan dan duaribu setahun,dan perbedaan separuhnya seribu   dan separuhnya lagi duaribu.

Atau dengan katanya (si penjual);
“Aku jual barang ini seribu secara kontan atau duaribu untuk jangka waktu setahun.Maka ambillah,yang mana Anda suka atau Ia sukai”

Maka bentuk (model) penjualan ganda seperti ini tidak sah karena tidak diketahuinya pengganti yang sepadan (dengan selisih harga yang ada)
Seperti dalam kitab Fathul wahhab hal 165/ 1;

(و) عن (بيعتن في بيعة) رواه الترمذي وغيره وقال حسن صحيح (كبعتك) هذا (بألف نقدا أو بألفين لسنة) فخذه بأيهما شئت أو أشاء وعدم الصحة فيه للجهل بالعوض
Inilah beberapa keterangan yang dapat saya utarakan semoga bermanfaat sehingga kita dapat terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh syara` khususnya dalam hal mu`amalah ini, Mohon maaf bilamana ada kekurangan atau kesalahan.

Wallahul Muwafiq ila Aqwamit Thariq

0 komentar: